ospek yang buruk

Ciri-ciri Kampus Dengan Kualitas Ospek Yang Buruk

Ciri-ciri Kampus Dengan Kualitas Ospek Yang Buruk

smk-maarif1kebumen.net – Saat sebelum masuk perkuliahan, biasanya, kampus-kampus di Indonesia melangsungkan tujuan study dan pengenalan kampus alias ospek. Ini ialah rangkaian kegiatan yang umumnya dilaksanakan oleh kampus untuk menyongsong dan memperkenalkan mahasiswa baru ke lingkungan kampus. Ospek berjalan saat sebelum atau di awal semester pertama dengan tujuan menolong mahasiswa baru menyesuaikan dengan kehidupan kampus, memperkenalkan sarana dan sumber daya kampus, dan mengenalkan mereka ke teman satu angkatannya.

Ospek kampus di Indonesia umumnya mengikutsertakan banyak kegiatan, seperti pengenalan kampus, fakultas, program study, tour kampus, registrasi mata kuliah, presentasi akademik, kegiatan sosial, dan acara tujuan yang lain. Maksudnya ialah membuat mahasiswa baru terasa nyaman dan mengenali faktor penting di kehidupan kampus. Langkah ospek dilakukan bervariatif setiap kampus. Ada ospek yang berjalan mulus, banyak pula informasi berkenaan bobroknya ospek kampus.

Namun, banyak pula informasi yang berseliweran berkenaan keluh kesah mahasiswa baru alias maba berkaitan buruknnya penerapan kampus. Dimulai dari ada senioritas, perpeloncoan, pekerjaannya banyak tanpa melihat esensinya, tetap diketemukan aturan ala-ala militer, sampai mekanisme ospeknya tidak meng ikuti perubahan jaman alias kuno.

Masih Ada Senioritas Yang Terjadi Pada Ruang Lingkup Ospek

Ada senioritas pada saat ospek memperlihatkan salah satu tanda-tanda jika ospek dalam suatu kampus bermakna buruk. Senior merujuk pada kondisi yang mana posisi seorang semakin tinggi dari sisi pengalaman, umur, dan lain-lain. Dengan alasan lebih tua ada di kampus, senioritas umumnya tetap menjadi budaya di kampus-kampus Indonesia, ini umumnya dimasukkan dalam ospek-ospek kampus, dimulai dari ospek tingkat kampus, fakultas, sampai jurusan. Ospek kampus bisa dijadikan fasilitas untuk masukkan elemen senioritas. Budaya feodalisme jenis ini tetap dilanggengkan oleh mahasiswa-mahasiswa dungu yang edan hormat dan edan kedudukan, entahlah apa yang di pikiran mereka.

Baca Juga : Manfaat Dari Kuliah Sambil Bekerja Buat Kamu Para Mahasiswa

Cari legalitas dan perhatian dari maba agar mereka takut atau menyegani senior, perlu digarisbawahi jika budaya ini kuno, bahkan juga lebih serupa seperti penjajahan penjajahan dahulu. Telah seharusnya ospek kampus tinggalkan budaya feodal namanya senioritas ini, ada senioritas tidak membuat seorang terlihat dihormati apalagi ditakutkan, malah orang menyaksikannya kasihan karena mereka cari legalitas dan perhatian dari beberapa cara dungu yang bikin rugi seseorang.

Memberikan sikap egaliter dan inklusi perlu dikerjakan pada saat ospek untuk hilangkan budaya feodal. Ada senioritas bisa berimplikasi pada penghinaan yang disebut salah satu dari 3 dosa pendidikan.

Masih Ada Budaya Perpeloncoan Yang Sudah Tidak Sesuai Dengan Ajaran

Perlu digarisbawahi, maba bukan media perpeloncoan. Dengan bahasa Jawa, pelonco itu maknanya kepala gundul (tidak memiliki rambut). Pelonco adalah perlakuan kekerasan atau penghinaan fisik yang sudah dilakukan oleh satu kelompok orang pada pribadi yang lain. Satu kelompok orang kerap kali secara tidak tersangka, tidak adil, dan dengan tujuan merendahkan atau sakiti korban. Istilah ini dipakai untuk memvisualisasikan perlakuan kekerasan atau gertakan yang sudah dilakukan oleh satu kelompok orang pada pribadi lebih kurang kuat atau mungkin tidak memiliki daya. Perlakuan pelonco dipandang tidak patut, menyalahi hak asasi manusia (HAM), dan beberapa nilai keadilan dan keselamatan. Sebenarnya, dalam sejarah Indonesia, perpeloncoan telah ada semenjak zaman penjajahan. Diawali pada masa penjajahan Jepang. Sepanjang masa penjajahan Jepang, praktek penggundulan kepala (pelonco) mulai diaplikasikan di Ika Daigaku.

Penggundulan ini menjadi obsesi militer Jepang yang sama dengan kepala gundul. Selanjutnya bersambung di era penjajahan Belanda, satu diantaranya diaplikasikan di STOVIA (sekolah pendidikan dokter pribumi di Batavia). Seiring waktu berjalan, sesudah masa penjajahan, praktek ini tetap diteruskan oleh kampus-kampus di Indonesia. Saat itu memunculkan perlawanan dari organisasi mahasiswa, seperti CGMI (Consentrasi Pergerakan Mahasiswa Indonesia) yang menampik praktek perpeloncoan karena dipandang seperti peninggalan masa penjajahan Belanda dan Jepang. Maka praktek perpeloncoan zaman saat ini sebenarnya telah kedaluwarsa alias kuno. Jika tetap diketemukan mode perpeloncoan dengan kekerasan bermakna mereka adopsi beberapa cara para penjajah dahulu, kejam dan tidak memiliki perikemanusiaan.

Ospek seharusnya menolong maba menyesuaikan pada lingkungan kampus secara positif dan memberikan dukungan. Ospek yang bagus mengikutsertakan kegiatan yang mempromokan integratif, kerja sama, dan beberapa nilai yang bagus yang lain. Ini termasuk memberi informasi bermanfaat tentang kampus, memberikan dukungan rekonsilasi akademik dan sosial maba, dan memberikan fasilitas hubungan positif dari mereka. Ospek yang sehat memberi peluang ke maba untuk merasa diterima, aman, dan disokong oleh lingkungan kampus. Jangan ada gertakan, penghinaan, atau tindakan bikin rugi yang diperuntukkan ke maba dalam nama senioritas. Ospek kampus harus juga mempromokan budaya inklusif dan sama-sama menghargai, yang mana semua mahasiswa, baik baru atau lama, dipandang dan diberlakukan adil. https://www.smk-maarif1kebumen.net/

Masih Ada Aturan ala-ala Militer

Di kampus sipil, seharusnya tidak lagi ada beberapa aturan dalam ospek yang adopsi ala militer. Ospek yang adopsi style militer bisa membuat situasi yang kurang sehat dan kontraproduktif di lingkungan kampus. Beberapa prinsip kebebasan, kesetaraan, dan penghormatan pada martabat manusia perlu menjadi dasar dalam pendidikan tinggi. Pemakaian aturan ala-ala militer dalam ospek bisa membuat hierarki yang terlalu berlebih dan merendahkan maba. Maba perlu dikasih peluang untuk menyesuaikan dan belajar tanpa penekanan dan gertakan yang tidak butuh. Ospek yang adopsi ala militer bisa memunculkan kemelut, depresi, dan imbas negatif pada kesehatan psikis dan emosional maba.

Sebagai alternative-nya, ospek di kampus sipil perlu diprioritaskan pada tujuan, pengenalan lingkungan kampus, dan pembangunan jalinan sosial yang positif antara mahasiswa baru. Kegiatan seperti diskusi, kerja sama, dan pemberian informasi yang berguna bisa menolong maba merasa diterima, terturut, dan mendapatkan support saat hadapi rintangan di kampus. Untuk membuat situasi ospek yang sehat, penting untuk pihak pelaksana ospek untuk adopsi pendekatan inklusif, pastikan kesetaraan, dan mengikutsertakan keterlibatan aktif mahasiswa baru dengan kegiatan positif dan memiliki akar. Dengan hilangkan pemakaian aturan ala-ala militer dalam ospek kampus sipil, bisa terbentuk lingkungan lebih positif, ramah, dan memberi peluang yang adil untuk mahasiswa baru untuk berintegrasi secara baik, capai keberhasilan akademik, dan meningkatkan kekuatan individu secara maksimal. Telah waktunya tinggalkan budaya-budaya ala-ala militer karena kampus bukan tempat untuk bermain tentara-tentaraan dan budaya di kampus tidak untuk gagah-gagahan.